Sabtu, 20 Juli 2013

Berakhir di Jombang

Aku memasukkan jas lab kedalam koperku. Barang terkahir dalam daftar barang bawaan yang sudah kutulis. Aku mencoret tulisan jas lab sebagai tanda bahwa barang sudah siap. Kulihat laptop yang masih menyala di kasur, menampilkan deretan surat elektronik yang masuk dengan nama pengirim sebagai daftar. Tak ada balasan darinya sejak kemarin malam ketika aku mengiriminya pesan tentang penugasanku dan jadwal keberangkatanku. Tak ada namanya di deretan kotak masuk, masih sama seperti dua tahun lalu. Harusnya dia sudah pulang. Batinku. 
Setelah memastikan sekali lagi bahwa semua sudah siap, aku segera mematikan laptop, memasukkan dalam tas punggung dan turun menemui kedua orang tuaku. 
"sudah mau berangkat??" Bunda menyapaku ketika aku sudah berada di ruang tengah. aku hanya mengangguk mengiyakan.
"sudah memberitahu tante Laya?" ayah bergantian bertanya dari balik koran.
"sudah yah... kemarin aku juga sudah berpamitan."
Tante Laya, orang yang selama dua tahun ini aku rawat. Semenjak kepergian Alex ke Perancis dua tahun lalu untuk kuliah dengan beasiswa penuh dari Departemen Pendidikan Perancis di Indonesia, Aku ditugasi untuk merawat ibu Alex itu oleh pak Dicky yang merupakan sahabat tante Laya. Kulihat jam di pergelangan tanganku. Pukul delapan pagi. Sebentar lagi travel yang akan membawaku ke jombang akan segera tiba.
TIINN...TIINN... baru saja aku membatin dan mobil APV silver sudah menunggu di depan rumah.
"ayah..bunda... Alia berangkat dulu..." aku salim kepada kedua orang tuaku sebelum mengangkat koperku. Ayah dan bunda mengantarkan keberangkatanku sampai di depan rumah.

Perjalanan Malang-Jombang membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Aku memprediksi akan sampai di Jombang sekitar pukul sebelas. Jika tidak macet. di dalam mobil sudah terisi 4 orang lain yang juga bertujuan ke jombang dan sekitarnya, yang sekiranya menjadi rute keberangkatan. Aku duduk di bangku tengah, yang masih terisi satu penupang wanita berusia sekitar 30 tahunan. Koperku sudah dimasukkan dalam bagasi, sementara tas punggungku yang hanya berisi laptop dan beberapa buku kuliah kuletakkan di bawah jok mobil.

Kamis, 04 Juli 2013

Atas Nama Rakyat

ngantree teruuss......
     Sudah beberapa hari ini saya mempunyai unek-unek tentang kenaikan harga BBM yang menyebabkan demo dimana-mana. Yang ingin saya angkat sekaligus saya protes adalah sikap para demonstran MAHASISWA yang memakai anarkisme sebagai salah satu cara agar pemerintah dengan murah hati mau membatalkan kenaikan harga BBM.

selama hampir sepekan penuh saya melihat berita tentang perkembangan kenaikan harga BBM(sebelum diputuskan resmi naik harga), belum naik aja yang lain naik dulu, seperti bahan makanan. beberapa kali saya mengganti chanel TV dan isinya sama semua. perundingan tentang kenaikan BBM. Yang tidak bisa saya terima adalah ketika salah satu stasiun Televisi menyiarkan tentang demonstrasi para mahasiswa -dimana saja- yang bertindak anarki dengan menghancurkan fasilitas umum.
"DEMI RAKYAT" "ATAS NAMA RAKYAT" "INI UNTUK KEBAIKAN RAKYAT"-disuarakan dengan penuh semangat membara seperti kebakaran hutan.

Rakyat pala loe peang???

Hanya pengecut yang melakukan itu dan mengatas namakan rakyat sebagai background dari tindakan mereka. Orang rakyatnya aja biasa-biasa aja, kenapa mahasiswanya kayak banteng lepas gitu??? -.-
Sebagai Mahasiswa, seharusnya bisa memecahkan masalah kenaikan BBM ini dengan bijak, memikirkan jalan keluar yang bisa menjadi alternatif agar kemakmuran rakyat bisa meningkat.
Dalam proses demo itu, mahasiswa ada yang sampai menghentikan mobil atau motor yang melintasi jalan raya, merusak mobil, bahkan ada yang memukuli seorang pengendara yang lewat, hanya karena pengendara itu membunyikan klakson agar para demonstran memberi jalan pada pengendara. UNTUK APA COBA??? untuk apa sampai menghentikan dan memukuli pengendara?? GUNA A YOO??

Selain itu, merusak Gedung DPR, Restoran cepat saji, bukan jalan yang benar untuk memakmurkan rakyat ditengah kesulitan ekonomi negara. Gedung DPR atau gedung pemerintahan lainnya dibangun dengan uang rakyat, jika itu di rusak, harusnya mereka bisa berfikir lebih bijak bahwa uang rakyatlah yang akan mejadi dana perbaikan.

Penghadangan mobil pemadam kebakaran juga menjadi tontonan saya di televisi, menginjak-injak bumper mobil juga salah satu tindakan bodoh mahasiswa yang mengatas namakan rakyat itu. Saking geregetannya, saya berkhayal jika rumah para mahasiswa itu terbakar habis dan tidak ada yang bisa membantu.

Saya adalah seorang calon mahasiswa yang juga merasakan dampak buruk kenaikan BBM, rumah saya yang bisa dibilang jauh dari sekolah dengan waktu tempuh satu jam setengah dengan bus membuat saya harus menghabiskan uang tiga belas ribu dalam sekali keberangkatan. Tapi disini saya hanya berfikir, bahwa kenaikan BBM ini adalah salah satu cara untuk mengurangi kerugian yang tak terkendali dalam ekonomi negara,  Indonesia bukan seperti Arab yang punya tambang minyak yang penghasilannya cukup untuk menutupi kerugian negara. Jika sumber daya alam Indonesia dimanfaatkan dengan baik bisa sangat membantu. *itu tugas para Mahasiswa sebagai penerus bangsa*

saya sempat berfikir tentang subsidi untuk kendaraan bermotor dan sedikit tersampaikan di Jakarta dari pemikiran Bapak Jokowi. Jika bapak Jokowi tidak menaikkan harga busway. Saya lebih kompleks.

"subsidi BBM, yang seharga Rp. 4.500,00 itu hanya diberikan kepada mobil ber-plat kuning seperti truk, dan angkutan umum. untuk mobil pribadi ataupun sepeda motor pribadi, harga bisa dinaikkan seperti sekarang. Dengan begitu, diharapkan masyarakat akan lebih memilih untuk naik kendaraan umum daripada kendaraan pribadi. selain mengurangi pemakaian Sumber Daya Alam berupa minyak bumi, juga dapat mengurangi polusi. Ada lagi. sistem ini juga harus dibarengi dengan penambahan jumlah angkutan umum dan perbaikan jalan, agar semakin banyak angkutan umum yang merambah sampai ke desa-desa. Menambah lowongan pekerjaan juga bukan??"
itu hanya pemikiran seorang siswa SMA yang baru lulus. Masih mempunyai keterbatasan untuk berpikir lebih dalam dan lebih kompleks. :)