Reno juga menjadi pegawai disalah satu kantor Mr. Anggara
sejak satu tahun yang lalu, dan diakuinya Mr.Anggara orang yang sangat
disiplin, cerdas, dan bijak. “dimana kamar Nara??” tanya Reno seketika.
“di kamar tamu bagian depan, tak pernah dikunci.” Jawab Iwan
cepat. “apa pekerjaannya sudah selesai?”
“dia bilang tinggal sentuhan akhir.”
“akan kubawakan tugas itu kepada Mr.Anggara. aku akan
berbicara padanya.” Reno meyakinkan keduanya. Meski awalnya merasa ragu Reno
bisa menghadapi Mr.Anggara, tapi akhirnya Iwan mengangguk. Reno segera
meninggalkan rumah sakit dan menuju rumah Iwan.
Tanpa buang waktu, Reno langsung melihat hasil rancangan
Nara. Sebuah kertas gambar besar bergambar rancangan sebuah rumah yang sangat
rumit. Perpaduan antara jawa klasik dan western. Reno melihat kertas
bertuliskan “harus dicapai” tertempel
di samping kertas gambar. Ada beberapa daftar yang sudah dicentang. Tinggal
satu. Interior dan tiga dimensi. Reno melihat komputer jinjing Nara yang
ternyata dalam mode sleep, langsung membukanya dan terpampang rancangan Nara
yang terkahir. Reno mulai memikirkan rancangan desain yang ingin Nara buat,
setelah mendapat ide, Reno langsung menambahkan beberapa sentuhan pada desain
pada program desain itu. setelah dirasa cukup. Reno langsung membawa kertas dan
komputer jinjing milik Nara.
“Mr.Anggara. saya kesini membawakan hasil pekerjaan Nara.”
Kata Reno saat sudah masuk keruangan Mr.Anggara. “tapi deadline sudah lewat 4
jam yang lalu.” Mr. Anggara melepaskan kacamatanya.
“tapi Mr.Anggara, Nara sedang kritis saat ini dan tidak bisa
datang. Tak bisakah Mr.Anggara melihat hasil pekerjaan Nara dahulu.” Pinta Reno
memohon sambil menaruh kertas desain milik Nara.
“apa yang akan kau lakukan agar saya melihatnya?” tanya
Mr.Anggara tajam. Reno mengerti sekali kalau orang ini tak akan melakukannya
jika tak ada jaminan. “saya bersedia tidak dibayar selama satu tahun penuh jika
memang pekerjaan Nara tidak sesuai dan tidak lolos. saya sudah memeriksanya, dan hasil kerjanya bagus”
“tawaran yang menggiurkan. Baiklah.” Mr.Anggara menerima
gulungan kertas yang disodorkan Reno. Reno menyunggingkan senyum lega. Tapi
pertaruhannya dengan Mr.Anggara bukan main-main. Setahun bukan waktu yang
singkat untuk tidak digaji, sementara ibunya sudah melepaskan Reno dan tak akan
membiayai hidupnya dan hanya dibantu di awal. Reno menyalakan komputer jinjing
milik Nara dan memperlihatkan gambar 3 dimensi itu kepada Mr.Anggara.
“saya berikan keputusannya dua minggu lagi.” kata Mr.Anggara
sambil melihat-lihat hasil pekerjaan Nara. “tapi pak... kenapa lama sekali?”
Reno memprotes waktu yang diberikan Mr.Anggara.
“kamu dulu juga dua minggu kan. Itu keputusan akhir saya.”
Reno hendak memprotes lagi, tapi dia tahu itu tak ada
gunanya. Setelah mengucapkan terimakasih, Reno langsung keluar dari ruangan dan
kembali ke rumah sakit.
Reno menceritakan pada Nara tentang Mr. Anggara setelah dia
sampai dirumah sakit tapi jelas tanpa pertaruhan Reno itu. Ita dan Iwan juga
harus bekerja sehingga hanya Reno yang tersisa. Keadaan Nara semakin hari
semakin baik, tapi baru hari kedua Nara bisa dipindahkan ke kamar rawat karena
dokter takut kondisinya menurun lagi. tapi ketika dipastikan keadaannya sudah
membaik, dokter mengijinkan Nara dipindahkan.