Jumat, 25 September 2015

TERBANGLAH IMPIANKU

Sebuah kisah klasik yang banyak orangpun mengetahuinya, kisah cinta sederhana yang tidak bisa dipersatukan. Agama, adalah satu satunya pihak yang memiliki tanggung jawab besar untuk itu. Sebuah mimpi dan harapan yang terbangun dengan indah, tidak akan lagy bisa berdiri kokoh jika agama sebagai tiang kehidupan tidak ditegakkan juga.

Aku berjalan lagi menyusuri taman kota yang biasa kami gunakan untuk sekedar bersenda gurau. Aku baru saja bertemu dengannya. Seorang yang tak terlalu tinggi, mungkin hampir sama denganku, dengan perawakan yang kurus namun berotot. Wajahnya manis, semanis setiap kata yang meluncur dari bibirnya. Semanis bibirnya yang terkena batang rokok setiap harinya.
Untuk kesekian kali aku bertemu dengannya, hanya sekedar untuk mencairkan suasana setelah dingin yang selalu menyelimuti hubungan kami. Dia selalu berubah dingin setelah kami bertemu, seakan menunjukkan pada dunia kalau sudah tak ada lagi apapun diantara kami.

Dia mengajakku bertemu lagi sore ini, mungkin terlalu banyak yang kami simpan selama empat bulan terakhir selama kami seakan tak saling mengenal. Dia lebih tepatnya, yang membuat suasana seakan aku adalah orang asing baginya meski dalam lingkup kerja yang sama.
Aku duduk di bangku tempat kami biasa bercengkrama, sambil menatap langit dan awan yang terarak, aku menghela napas panjang. Entah kenapa perlu persiapan mental yang cukup merepotkan ketika aku harus bertemu dengannya, padahal disisi lain aku sudah mempunyai calon pendamping hidup.

“sudah lama menunggu?”. Aku terkaget ketika suara khas itu menggema di dalam telingaku.
“ohh.... tidak juga.. duduklah..” kataku sambil menepuk bangku disebelahku dan langsung diikuti olehnya.

“cuaca yang begitu indah.... hahaha. Aroma alam yang luar biasa.” Katanya sambil memejamkan mata menghirup aroma alam.

“yaaa...ya..... betapa kau sangat menyukai alam....”kataku datar. Aku menundukkan kepala melihat rumput yang bergoyang-goyang diterpa angin yang semilir. Dingin.
Tiba tiba dia memelukku, mendekatkan tubuhku pada tubuhnya yang selalu terasa hangat dan harum. Bahkan aku bisa mencium aromanya dari jarak beberapa langkah dariku. Aroma khas tubuhnya yang membuat air mataku mulai membendung.

“udaranya dingin meski musim panas. Apa kabar pacarmu?”

“Baik... masih sibuk dengan pekerjaannya diluar kota, mungkin akan pulang dalam sebulan kedepan.”
“aku masih sering merasa merindukanmu. Maafkan aku.” Katanya tanpa melihatku sedikitpun.
“aku lebih merindukanmu.... terkadang ada sepenggal harapan yang tersisa ketika kulihat hanya sebatas namamu.” Air mataku sudah tak bisa terbendung lagi, aku menunduk membiarkan air mataku tumpah begitu saja.
“apa yang bisa kau harapkan dariku? Kisah yang tak berakhir dengan bahagia lagi? Atau harapan yang tak mungkin terwujud?” jawabnya telak
Sial. Aku tak pernah bisa mengalahkan perkataannya. Dia selalu bisa membuatku terdiam tanpa bisa melawan.
“aku masih mengharapkan akhir yang bahagia disamping akhir yang penuh kesedihan ini.”
“apa yang bisa kau harapkan?”
“harapan ketika aku bisa masuk dalam sedikit saja bagian hidupmu, menjadi apapun dalam hidupmu. Aku tahu itu akan sulit, karena itu aku tak pernah mengharapkannya terlalu berlebihan.” Aku menyandarkan kepalaku pada pundaknya. Pundak yang selalu siaga kapanpun aku membutuhkannya, pundak yang selalu bisa menjadi tempatku bersandar.
“aku terlalu familiar dengan aroma tubuhmu, jadi jangan mencoba untuk menjauh dariku, karena dengan aroma tubuhmu yang masih sangat jelas bisa kucium malah akan menambah rasa sakit hatiku ketika kau berlagak tidak ada apa-apa dan memilih untuk menghidar daripada menghadapi dengan wajar.”
Dia memelukku, erat sekali... sama persis ketika pertama kali kami memutuskan untuk menjalani jalan yang sama.
Kami bercerita panjang lebar, mulai dari mengenang kisah kami, sampai cerita kami yang berakhir dengan akhir yang menyedihkan. Entah apa yang aku rasakan, rasa cinta yang tak lagi sama, rasa sayang yang tak lagi sama padanya meski aku masih merasakan hal bernama rasa sayang. Ada sedikit rasa bimbang dalam hatiku, mendapati diriku sendiri yang pergi tanpa sepengetahuan calon pendamping hidupku untuk menemui serpihan kisah masa laluku.
Malam itu gejolak muncul kembali ketika aku mendapat kabar dimana aku digabungkan menjadi satu tim dengannya dalam suatu acara, ujian mental lagi untukku, ujian keprofesionalan dimana aku harus menjadi seorang rekan kerjanya, bukan mantan pacarnya.
Menjadi satu dalam satu tim yang sama akan membuatku semakin mengagumi sosoknya yang luar biasa. Dan membuatku semakin ingin berada di dekatnya, bersamanya. Gejolak mulai muncul sejak hari itu, dan aku belum tahu akan bagaimana hatiku kelak ketika semua acara sudah mulai dilaksanakan.
Sewaktu pulang aku membeli sebuah balon berwarna biru, ku kaitkan selembar kertas kecil bertuliskan harapanku padanya dulu. Kuterbangkan, dan kubiarkan langit menangkap dan membacanya. Mungkin Tuhan akan diberitahu akan hal itu.
“masih ada sedikit harapan untuk mempunyai pasangan hidup dari etnis dan tempat yang berbeda, namun melihatnya berubah menjadi seorang mualaf adalah hal yang tak mungkin. Bahagiakan dirinya, bahagiakan dirinya di depan mataku Tuhan. Agar aku bisa dengan lega membiarkan impianku terbang dan merelakannya.”
Kuterbangkan balon biru itu tanpa kupandang lagi kemana arahnya. Biar angin yang menentukan kemana dia akan pergi.

-kembalilah padaku dengan pesan dari Tuhan yang akan mengabulkan permohonanku.-
Hatiku kembali bergejolak, ketika terkadang waktu harapan itu datang dengan tiba-tiba, berbentrokan dengan kenyataan bahwa harapan untuk bersamanya adalah mustahil. Air mata terkadang menetes tanpa sebab, ketika bayangan dirinya berkelebat dalam benak. Kata ‘seandainya’ tak mau mengalah pada apapun didepannya. Membuatku merasa begitu tak berdaya. Seandainya kita bisa bersama. Aku akan sangat merasa Bahagia. Sosok abadi.

Jumat, 12 Juni 2015

MonoSodium Glutamat (MSG), Micin, Vetsin, terserah anda saja



Hai readers.... sudah lama saya tak bercuap-cuap di blog saya ini. Keterbatasan koneksi, kesibukan kuliah, dan modemku yang sudah tak bisa dipakai menjadi alasan ketidak hadiranku sekian lama. Sekitar beberapa lalu aku ditugasakan untuk menghadiri sebuah seminar yang diadakan secara mendadak oleh salah satu produsen vetsin di salah satu universitas terkemuka di kota malang. Sebagai mahasiswa aktif, aku menjadi mahasiswa wajib ikut dalam seminar ini dengan 3 temanku lainnya dan satu dosenku. Di dalam seminar tersebut ada dua pokok materi yang disampaikan. Yang pertama adalah mengenai semboyan gizi yang terbaru. Jadi penggunaan yang namanya ‘4 SEHAT 5 SEMPURNA’ sudah TIDAK BERLAKU. Digantikan dengan PGS (Pesan Gizi Seimbang) yang sekarang isinya ada 10 yang masuk dalam 4 PILAR DASAR SEIMBANG. Yang pertama yaitu Keanekaragaman, yang kedua aktifitas fisik  yang teratur dan terukur, yang ketiga adalah kebersihan (PHBS), yang keempat adalah pemantauan berat badan teratur. Dari 4 pilar ini dijabarkan lagi menjadi 10 pesan dalam PGS tersebut. Namun jika kita membahas mengenai PGS ini, pembaca akan bosan ketika topik utama mulai disampaikan.
Dalam pembahasan kali ini, saya ingin memaparkan mengenai hasil seminar yang membahas atau lebih tepatnya produsen ini mengklarifikasi bahwa vetsin tidak menyebabkan kanker atau penyakit.
MSG atau merupakan Monosodium Glutamat merupakan senyawa yang terdiri dari asam amino glutamat. Dalam pembuatan msg ini adalah dengan mengambil asam amino glutamat dari rangkaian kompleks protein. Ketika glutamat ini tidak berikatan dengan glutamat lain, maka glutamat akan menghasilkan rasa UMAMI atau yang biasa kita ketahui dengan GURIH.
Komposisi msg khususnya dalam produk ini adalah 78% glutamat, 12% natrium, dan 10% air.
Jika dari pemaparan pemateri yang merupakan salah satu orang yang terkemuka disalah satu universitas ternama di Indonesia, MSG adalah AMAN DIKONSUMSI. Tapi jangan hanya sampai disitu. Ada KEJANGGALAN. Bukan kejanggalan sih, hanya pertanyaan yang tidak terjawab ketika dihantam pertanyaan oleh mahasiswa-mahasiswa prodi gizi.
Pemateri menginformasikan bahwa MSG aman untuk dikonsumsi JIKA dalam pemakaian yang SECUKUPNYA. Nah... disinilah salah satu pertanyaan muncul. Pertanyaan yang tak terjawab. Berikut akan aku tuliskan pertanyaan pertanyaan dari (luar biasanya) mahasiswa prodi gizi (padahal undangan banyak dari dinkes, dosen, pegawai kesehatan).
Bagaimanakan efek glutamat yang berlebihan ? kadar secukupnya ini seberapa karena lidah dan selera orang berbeda?
Kalau ada secukupnya? Upper levelnya berarti seberapa? Efek yang akan ditimbulkan?
Bagaimana kita bisa mengetahui atau menangani ketika mengkonsumsi msg agar tidak kekurangan iodium dan tidak kelebihan natrium karena komposisi msg yang hanya natrium?
Dan berikut merupakan rangkuman dari jawaban yang disampaikan dengan yang sebenar-benarnya.
Pada manusia belum ada penelitian yang lanjut untuk menentukan upper level dari konsumsi msg. Memang bisa dilakukan pada tikus, dan ketika diberi dosis x dalam y hari bisa timbul kanker pada tikus. Tapi tidak bisa disimpulkan bahwa dosis itu bisa juga menimbulkan kanker pada manusia karena kita harus melakukan penelitian bertahap karena mencit tidak sama dengan manusia. Yang jelas ketika pemakaiannya ternyata berlebihan, maka kita tidak akan mau memakannya.(yaiyalah.. lha mereka ngapain masak yang mereka gamau?).
Msg digunakan ketika memang dibutuhkan, karena dengan bumbu biasapun ketika sudah bisa mencukupi rasa yang dibutuhkan tidak perlu digunakan. Dan ini ada beberpaa pencerahan dari salah satu dosen beberapa minggu terakhir ketika aku mempelajari mengenai Food Additive. kadar asam glutamat  mulai meningkat apabila konsumsi MSG 30 mg/kg BB/hari (Journal Nutrition Sci, 2000)
#bisa di search sendiri jurnalnya
Ini cuplikan seminar kemarin. Kalau ada yang merasa pertanyaan belum terjawab. Memang belum terjawab.
Ada beberapa kesimpulan yang aku tarik sendiri. Yaitu belum adanya kejelasan upper level atau batas atas dari penggunaan msg, karena penggunaan garam saja ada batas kecukupannya yang dituangkan dalam tumpeng gizi. Kemudian adalah mengenai asupan natrium dan iodium. Pertanyaan yang diajukan tidak bisa terjawab dengan akurat. Jadi semua aku kembalikan kepada para readers sekaligus konsumen untuk pemakaian msg. Mengenai upper level, kadar yang aman, terutama efek yang terjadi nantinya yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti darah tinggi, kanker, dsb.
Semuanya kembali pada kebijakan kita dalam memilih makanan, makanan yang sehat adalah makanan yang terhindar dari bahan bahan berbahaya. Ya... mungkin saja, sekarang sudah marak yang namanya pestisida, kita sendiri juga akan kesulitan dalam memilihnya. Namun, ada beberapa tips yag aku dapat dari dosen-dosenku yang juga ada yang berasal dari dinas kesehatan.
Tips memilih sayur adalah dengan melihat sayuran tersebut ada yang bolong-bolong dimakan ulet gak? Kalau misal tidak ada, maka harus diwaspadai. Setelah itu, bisa juga dengan mencuci sayuran dengan air asam(air dicampur dengan asam jawa) dan dicuci dengan air mengalir.
So.... mari kita menjadi konsumen yang pintar dalam menentukan makanan yang akan kita konsumsi.
BE GOOD CONSUMEN :)


OH.. TERNYATA...

Setelah sekian lama aku tak bersapa dengan blogku tercinta ini, dan ketika aku membuka daftar postingan, ternyata aku sudah mempublish sekitar 60 publish.an... WAW... angka yang bagiku luar biasa loohh....
banyak yang belum bisa aku publish disini...
dibanding dengan blog tetangga... hihihi alias blog teman sekelasku yang sudah mulai rajin mempost hasil laporan ataupun praktikum kami.... aku disini lebih suka untuk sharing informasi secara umum, dalam bentuk materi, maupun hal hal yang berbau seni... seni tulis menulis alias puisi atau cerpen...
dan memang tak pernah berharap akan anyak yang melihat postinganku ini, jadi aku tak pernah sedih hati ketika daftar jumlah penayangan tiap tulisanku sangatlah minim...
banyak materi kegizian yang ingin aku share pula disni, tapi mungkin aku akan memulai entah kapan... yang jelas ketika semua pekerjaan dan tanggung jawabku sebagai mahasiswa yang diberi mandat menjadi panitia inti dalam suatu acara kelar, maka aku akan menyempatkan diri mempublish sedikit demi sedikit ilmuku... dan juga hatiku...

salam baca

achi