Rabu, 07 Maret 2012

Saatnya untuk Pergi



Alia baru saja menyelesaikan soal-soal yang sudah disodorkan sejak 80 menit yang lalu, soal-soal fisika yang membuatnya pusing, akhirnya dapat dia selesaikan, walau tak semua jawaban ditemukannya. Alia bangun dari duduknya dengan malas, dan berjalan menuju meja guru, dia meletakkan dua jenis kertas yang dibawanya.
“semuanya duduk, tunggu bel berbunyi, baru kalian diperbolehkan keluar.” Pak Heri yang hari ini bertugas menjaga kelas Alia. Namun kata-kata pak Heri tadi tak diindahkan oleh anak-anak, mereka duduk mengelompok dan berbicara panjang lebar entah masalah apa dan menyebabkan kegaduhan. Alia duduk menghadap kepada Fara yang berada di bangku sebelahnya, mereka berdua berbincang singkat tentang soal-soal tadi dan ujian besok.
Setelah bel pulang berbunyi, Alia segera keluar kelas, karena kelas X akan masuk dan menjalani test juga. Alia keluar bersama Fara, setelah sampai di luar, dia melihat kesekelilingnya. Sudah ramai. Batinnya sembari melihat kearah kiri.
“Siapa sih....” Alia segera memalingkan pandangannya, saat pandangannya bertemu dengan pandangan seseorang yang tak dikenalnya. Namun karena Alia merasa tak mengenal anak itu, maka Alia memutuskan untuk melihatnya lagi, dan cowok itu masih saja melihanya.
Alia yang memang tak bisa bertatapan lama dengan orang lain, apalagi yang tidak dia kenal, kecuali memang hal itu diharuskan.
Alia masih saja penasaran dengan anak itu, bahakan saat dia pergi dengan Fara dan kawan-kawan ke kantin. Alia memang selalu pergi dengan teman lama di kelas X dulu.
********
Ritual khusus yang sudah menjadi kebiasaan anak-anak di sekolah Alia baru saja selesai di lakukan. Berdo’a agar Allah memberikan rahmatnya agar Alia dapat menjawab semua soal yang tercetak di lembaran kertas yang telah dibagikan. Ujian kali ini tak begitu menyita waktu Alia, karena memang tak begitu berat. Alia dapat menyelesaikannya dengan santai, namun juga tak lepas dari pekerjaan untuk berfikir keras mencari sebuah jawaban.
Alia melihat sekeliling kelas, dan melihat semua anak yang sangat serius dalam mengerjakan soal. Setelah puas melihat anak-anak, Alia langsung bergegas menyelesaikan pekerjaannya.
******
Anak-anak  sudah selesai mengerjakan semua soal, seperti biasa mereka mengumpulkan jawaban mereka dan berbincang tentang berbagai hal. Kali ini Alia merasa malas untuk berbicara, karena itu Alia memilih duduk di bangkunya dan menaruh kepalanya di atas lipatan tangannya. Mencoba mengistirahatkan matanya yang baru saja di forsir untuk membaca bacaan yang sangat banyak.
Bel pulang telah berbunyi, semua anak langsung keluar kelas, begitupun Alia, dia langsung keluar dan melihat sekeliling mencari teman-temannya. Dan Alia melihatnya lagi, cowok yang kemarin juga melihatnya.
*********
 Alia sangat penasaran dengan cowok yang melihanya itu. Dan setelah ujian selesai Alia mencoba mengingat cowok itu dan mencoba mencari tahu. Alia akhirnya menemukan yang dia cari, Alia mengetahui nama cowok itu yang ternyata adalah Figa Alexandra Anggara, dia adalah anak kelas X yang juga menempati kelas yang sama dengannya dulu.
Sejak saat itu, Alia sering memperhatikan Figa. Figa yang mempunyai wajah imut dan pendiam ini langsung membuat hati Alia berkembang, Figa juga terkadang memperhatikan Alia, hal ini membuat Alia Ge.Er dan bingung.
“dia lihatin kamu Al...” Fara menyeggol siku Alia saat berjalan di depan kelas Figa. Figa sedang berkumpul dengan teman-temannya dan duduk di jalan masuk kelasnya. “ahh... kamu ini bikin ge.er...” Alia degan malas menjawab singkat godaan dari Fara. Namun dalam hatinya merasa bimbang tentang apa yang sedang terjadi. Karena Figa telah dikabarkan mendekati seorang cewek kelas sebelahnya, namun Alia tak jarang menemukan Figa yang sedang memandangnya. Serasa seperti sebuah harapan untuk jadi lebih dekat, namun tak pernah terwujud.
**********
1 tahun kemudian.
Tarik ulur antara Alia dan Figa yang sering saling memperhatikan, dan teman Alia yang juga ada yang ternyata diam-diam menyukai Figa, membuat hidup Alia penuh gejolak. Saat dia sakit hati dan merasa ditusuk dari belakang, saat dia harus merasa tertusuk saat ada yang bilang Figa pacaran dengan seorang cewek, sampai Figa yang sering meperhatikan Alia namun tak ada hubungan khusus. Namun hal ini bukannya membuat Alia terpuruk, malah membuat termotivasi. Entah karena apa. Figa membuat Alia semakin rajin belajar hingga bisa lulus dengan hasil yang memuaskan.
“selamat yaa.... kamu lulus....” Fara yang menjadi teman setianya mengucapkan selamat pada Alia. “makasih.... tapi lebih tepatnya kita semua lulus....” Alia tersenyum kepada Fara. “ngomong-ngomong, kamu jadi bicara sama Figa??” Fara mencoba membuka pembicaraan baru sambil berjalan menuju kantin.
“aku tak tahu, aku ingin, tapi aku tak punya cukup keberanian....” Alia menunduk menyadari dia tidak berani berbicara pada Figa.
*******
Langkahnya semakin melambat, seiring dengan dekatnya jarak antara mereka berdua, walaupun itu masih terbilang jauh. Jarak sekitar 10 m memisahkan mereka.
“ehmmm.... Figa.... “ Alia menyapa Figa dengan gugup, bahkan dia bisa mendengar sendiri nada suaranya yang bergetar dan terbata. Figa yang kaget langsung melompat dari sepedanya dan berdiri tegak menatap lurus Alia yang ada didepannya. Figa hanya diam tak bergerak melihat sosok yang ada didepannya. Alia juga berdiri membeku karena gugup, waktu serasa berjalan sangat lambat, tiba-tiba mereka berdua di kejutkan oleh suara seorang cewek yang memanggil nama Figa.
“Figa....” Chika tersenyum sambil melambaikan tanganya kearah Figa, lamunan Figa buyar seketika, keheningan terpecah. Chika menoleh sepintas pada Alia, namun Chika langsung berlari ke tempat Figa berdiri. “aku gak lama kan Fiq? Sesuai janjiku di surat itu.” Chika senyam-senyum sambil salah tingkah dihadapan Figa, sementara Figa terlihat tercengang mengetahui bahwa yang mengirim surat itu adalah Chika, dia lalu menoleh ke arah Alia. Alia masih membeku ditempat, melihat Chika dengan begitu mudahnya mendekati Figa.
“kamu mau ngomong apa Chik” Figa menanyai Chika dengan malas. “Ehmmm.... Ga... sebenarnya... aku ingin bilang... maukah kamu balikan sama aku??” Chika berbicara dengan tertunduk, lalu menengadahkan kepalanya untuk melihat ekspresi Figa. Figa tercengang mendengar perkataan sekaligus permintaan mantan pacarnya itu. Figa sudah lama putus dengan Chika, sekitar beberapa bulan yang lalu, Alia juga mengetahuinya, dia tahu dari teman-temannya dan adik kelasnya. Walaupun adik kelasnya tak ada yang tahu kalau Alia naksir Figa, karena Alia sangat pintar menyembunyikan gelagatnya dan tidak membuat orang curiga jika dia sedang bertanya tentang seseorang. Sementara itu, Alia terngenga mendengar pernyataan Chika yang membuat hatinya seakan berserakan, dan Alia tak tahu bagaimana cara menyatukannya.
“hem... kakak... kakak mau bilang apa??” Figa dengan gugup dan terbata bertanya pada Alia yang masih terbengong di tempatnya. “ahh... tidak ada... aku tadi melihatmu disini, karena itu aku menyapamu, ternyata kamu memang sedang menunggui Chika.emm aku akan pergi...” Alia gagap dalam mengucapkan kata demi kata, dia sadar suaranya mulai berubah serak dan air matanya mulai menggenang. Karena tak ingin Figa maupun Chika mengetahuinya, Alia langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Setelah sampai di bawah, tangisnya pecah, air matanya jatuh, tapi langsung diseka oleh Alia. Mencoba tersenyum di depan Fara, namun bagaimanapun juga, Fara tetap tahu, akhirnya Alia menceritakan kejadian di parkiran atas tadi. Fara hanya bisa menyuruh Alia sabar.
************
“kau punya rencana lain atau kau akan berhenti sampai disini??” Fara bertanya dengan sedih. Kali ini mereka sudah berada di suatu tempat makan yang biasa mereka kunjungi untuk nongkrong. “mungkin aku akan mengiriminya pesan..” Alia menyesapi lemon teanya, sambil menerawang membayangkan kejadian yang baru saja terjadi padanya tadi sore. “ponsel?” Fara terdengar kaget dengan rencana Alia. “ Tidak.... tapi surat, aku akan menaruhnya di sepedanya besok.” Alia menunduk menyesalkan kebodohannya dan waktu yang tak berpihak padanya tadi sore. Fara hanya bisa mengangguk menyetujui rencana Alia.
“terima kasih Figa, kau telah membuatku seperti ini, kau menyemangatiku dalam menjalani hidup. Kau semangatku selama ini, kau telah membuatku tegar dalam menjalani lika-liku hidup. Mungkin kau tak tahu, namun aku tak berhenti mengagumimu.” Alia menaruh Surat yang dia pegang bersama dengan bungkusan kecil yang sudah dia siapkan. Alia menaruhnya, lalu pergi meninggalkan sepeda motor milik Figa itu. Dia berjalan menuruni jalan yang membawanya ke parkiran bawah. Dan saat dia berjalan keluar sekolah, Alia melihat Figa dengan seorang Chika. Alia tersenyum melihat mereka berdua, dan berkata dalam hati. Semoga kalian bahagia.
Alia lalu bergegas pergi. semenjak itu, Alia hanya bisa mengetahui kabar Figa dari cocial media, dan satu hal yang membuat perasaannya bertahan, dia memiliki benda yang sama dengan benda yang dia berikan pada Figa.
Kristal imitasi  berbentuk HAMSTER dari Alia uuntuk Figa.


lampunya kayak gini
tapi modelnya kayak hamster di bawah
bentuknya kayak gini..
perpaduan keduanya

1 komentar:

  1. ...dan satu hal yang membuat perasaannya bertahan, dia memiliki benda yang sama dengan benda yang dia berikan pada Figa... ngapain di simpen ? :') semangat aliaaa :) nyesek cii kalo aku yang ada di posisi alia.

    BalasHapus