Alia baru
saja menyelesaikan soal-soal yang sudah disodorkan sejak 80 menit yang lalu, soal-soal
fisika yang membuatnya pusing, akhirnya dapat dia selesaikan, walau tak semua
jawaban ditemukannya. Alia bangun dari duduknya dengan malas, dan berjalan
menuju meja guru, dia meletakkan dua jenis kertas yang dibawanya.
“semuanya
duduk, tunggu bel berbunyi, baru kalian diperbolehkan keluar.” Pak Heri yang
hari ini bertugas menjaga kelas Alia. Namun kata-kata pak Heri tadi tak
diindahkan oleh anak-anak, mereka duduk mengelompok dan berbicara panjang lebar
entah masalah apa dan menyebabkan kegaduhan. Alia duduk menghadap kepada Fara
yang berada di bangku sebelahnya, mereka berdua berbincang singkat tentang soal-soal
tadi dan ujian besok.
Setelah bel
pulang berbunyi, Alia segera keluar kelas, karena kelas X akan masuk dan menjalani
test juga. Alia keluar bersama Fara, setelah sampai di luar, dia melihat
kesekelilingnya. Sudah ramai. Batinnya sembari melihat kearah kiri.
“Siapa
sih....” Alia segera memalingkan pandangannya, saat pandangannya bertemu dengan
pandangan seseorang yang tak dikenalnya. Namun karena Alia merasa tak mengenal
anak itu, maka Alia memutuskan untuk melihatnya lagi, dan cowok itu masih saja
melihanya.
Alia yang memang tak bisa bertatapan lama dengan orang lain, apalagi
yang tidak dia kenal, kecuali memang hal itu diharuskan.
Alia masih
saja penasaran dengan anak itu, bahakan saat dia pergi dengan Fara dan
kawan-kawan ke kantin. Alia memang selalu pergi dengan teman lama di kelas X
dulu.
********
Ritual khusus
yang sudah menjadi kebiasaan anak-anak di sekolah Alia baru saja selesai di
lakukan. Berdo’a agar Allah memberikan rahmatnya agar Alia dapat menjawab semua
soal yang tercetak di lembaran kertas yang telah dibagikan. Ujian kali ini tak
begitu menyita waktu Alia, karena memang tak begitu berat. Alia dapat
menyelesaikannya dengan santai, namun juga tak lepas dari pekerjaan untuk
berfikir keras mencari sebuah jawaban.
Alia melihat
sekeliling kelas, dan melihat semua anak yang sangat serius dalam mengerjakan
soal. Setelah puas melihat anak-anak, Alia langsung bergegas menyelesaikan
pekerjaannya.
******
Anak-anak sudah selesai mengerjakan semua soal, seperti
biasa mereka mengumpulkan jawaban mereka dan berbincang tentang berbagai hal. Kali
ini Alia merasa malas untuk berbicara, karena itu Alia memilih duduk di
bangkunya dan menaruh kepalanya di atas lipatan tangannya. Mencoba mengistirahatkan
matanya yang baru saja di forsir untuk membaca bacaan yang sangat banyak.
Bel pulang
telah berbunyi, semua anak langsung keluar kelas, begitupun Alia, dia langsung
keluar dan melihat sekeliling mencari teman-temannya. Dan Alia melihatnya lagi,
cowok yang kemarin juga melihatnya.
*********
Alia sangat penasaran dengan cowok yang
melihanya itu. Dan setelah ujian selesai Alia mencoba mengingat cowok itu dan
mencoba mencari tahu. Alia akhirnya menemukan yang dia cari, Alia mengetahui
nama cowok itu yang ternyata adalah Figa Alexandra Anggara, dia adalah anak
kelas X yang juga menempati kelas yang sama dengannya dulu.
Sejak saat
itu, Alia sering memperhatikan Figa. Figa yang mempunyai wajah imut dan pendiam
ini langsung membuat hati Alia berkembang, Figa juga terkadang memperhatikan
Alia, hal ini membuat Alia Ge.Er dan bingung.
“dia lihatin
kamu Al...” Fara menyeggol siku Alia saat berjalan di depan kelas Figa. Figa sedang
berkumpul dengan teman-temannya dan duduk di jalan masuk kelasnya. “ahh... kamu
ini bikin ge.er...” Alia degan malas menjawab singkat godaan dari Fara. Namun dalam
hatinya merasa bimbang tentang apa yang sedang terjadi. Karena Figa telah
dikabarkan mendekati seorang cewek kelas sebelahnya, namun Alia tak jarang
menemukan Figa yang sedang memandangnya. Serasa seperti sebuah harapan untuk
jadi lebih dekat, namun tak pernah terwujud.
**********
1 tahun
kemudian.
Tarik ulur
antara Alia dan Figa yang sering saling memperhatikan, dan teman Alia yang juga
ada yang ternyata diam-diam menyukai Figa, membuat hidup Alia penuh gejolak. Saat
dia sakit hati dan merasa ditusuk dari belakang, saat dia harus merasa tertusuk
saat ada yang bilang Figa pacaran dengan seorang cewek, sampai Figa yang sering
meperhatikan Alia namun tak ada hubungan khusus. Namun hal ini bukannya membuat
Alia terpuruk, malah membuat termotivasi. Entah karena apa. Figa membuat Alia
semakin rajin belajar hingga bisa lulus dengan hasil yang memuaskan.
“selamat
yaa.... kamu lulus....” Fara yang menjadi teman setianya mengucapkan selamat
pada Alia. “makasih.... tapi lebih tepatnya kita semua lulus....” Alia
tersenyum kepada Fara. “ngomong-ngomong, kamu jadi bicara sama Figa??” Fara
mencoba membuka pembicaraan baru sambil berjalan menuju kantin.
“aku tak
tahu, aku ingin, tapi aku tak punya cukup keberanian....” Alia menunduk
menyadari dia tidak berani berbicara pada Figa.
*******
Langkahnya
semakin melambat, seiring dengan dekatnya jarak antara mereka berdua, walaupun
itu masih terbilang jauh. Jarak sekitar 10 m memisahkan mereka.
“ehmmm.... Figa....
“ Alia menyapa Figa dengan gugup, bahkan dia bisa mendengar sendiri nada
suaranya yang bergetar dan terbata. Figa yang kaget langsung melompat dari
sepedanya dan berdiri tegak menatap lurus Alia yang ada didepannya. Figa hanya
diam tak bergerak melihat sosok yang ada didepannya. Alia juga berdiri membeku
karena gugup, waktu serasa berjalan sangat lambat, tiba-tiba mereka berdua di
kejutkan oleh suara seorang cewek yang memanggil nama Figa.
“Figa....”
Chika tersenyum sambil melambaikan tanganya kearah Figa, lamunan Figa buyar
seketika, keheningan terpecah. Chika menoleh sepintas pada Alia, namun Chika
langsung berlari ke tempat Figa berdiri. “aku gak lama kan Fiq? Sesuai janjiku
di surat itu.” Chika senyam-senyum sambil salah tingkah dihadapan Figa,
sementara Figa terlihat tercengang mengetahui bahwa yang mengirim surat itu
adalah Chika, dia lalu menoleh ke arah Alia. Alia masih membeku ditempat, melihat
Chika dengan begitu mudahnya mendekati Figa.
“kamu mau
ngomong apa Chik” Figa menanyai Chika dengan malas. “Ehmmm.... Ga...
sebenarnya... aku ingin bilang... maukah kamu balikan sama aku??” Chika
berbicara dengan tertunduk, lalu menengadahkan kepalanya untuk melihat ekspresi
Figa. Figa tercengang mendengar perkataan sekaligus permintaan mantan pacarnya
itu. Figa sudah lama putus dengan Chika, sekitar beberapa bulan yang lalu, Alia
juga mengetahuinya, dia tahu dari teman-temannya dan adik kelasnya. Walaupun
adik kelasnya tak ada yang tahu kalau Alia naksir Figa, karena Alia sangat
pintar menyembunyikan gelagatnya dan tidak membuat orang curiga jika dia sedang
bertanya tentang seseorang. Sementara itu, Alia terngenga mendengar pernyataan
Chika yang membuat hatinya seakan berserakan, dan Alia tak tahu bagaimana cara
menyatukannya.
“hem...
kakak... kakak mau bilang apa??” Figa dengan gugup dan terbata bertanya pada Alia
yang masih terbengong di tempatnya. “ahh... tidak ada... aku tadi melihatmu
disini, karena itu aku menyapamu, ternyata kamu memang sedang menunggui
Chika.emm aku akan pergi...” Alia gagap dalam mengucapkan kata demi kata, dia
sadar suaranya mulai berubah serak dan air matanya mulai menggenang. Karena tak
ingin Figa maupun Chika mengetahuinya, Alia langsung pergi meninggalkan mereka
berdua. Setelah sampai di bawah, tangisnya pecah, air matanya jatuh, tapi
langsung diseka oleh Alia. Mencoba tersenyum di depan Fara, namun bagaimanapun
juga, Fara tetap tahu, akhirnya Alia menceritakan kejadian di parkiran atas
tadi. Fara hanya bisa menyuruh Alia sabar.
************
“kau punya
rencana lain atau kau akan berhenti sampai disini??” Fara bertanya dengan
sedih. Kali ini mereka sudah berada di suatu tempat makan yang biasa mereka
kunjungi untuk nongkrong. “mungkin aku akan mengiriminya pesan..” Alia menyesapi
lemon teanya, sambil menerawang membayangkan kejadian yang baru saja terjadi
padanya tadi sore. “ponsel?” Fara terdengar kaget dengan rencana Alia. “
Tidak.... tapi surat, aku akan menaruhnya di sepedanya besok.” Alia menunduk
menyesalkan kebodohannya dan waktu yang tak berpihak padanya tadi sore. Fara
hanya bisa mengangguk menyetujui rencana Alia.
“terima
kasih Figa, kau telah membuatku seperti ini, kau menyemangatiku dalam menjalani
hidup. Kau semangatku selama ini, kau telah membuatku tegar dalam menjalani
lika-liku hidup. Mungkin kau tak tahu, namun aku tak berhenti mengagumimu.” Alia
menaruh Surat yang dia pegang bersama dengan bungkusan kecil yang sudah dia
siapkan. Alia menaruhnya, lalu pergi meninggalkan sepeda motor milik Figa itu.
Dia berjalan menuruni jalan yang membawanya ke parkiran bawah. Dan saat dia
berjalan keluar sekolah, Alia melihat Figa dengan seorang Chika. Alia tersenyum
melihat mereka berdua, dan berkata dalam hati. Semoga kalian bahagia.
Alia lalu bergegas pergi. semenjak itu, Alia hanya bisa mengetahui kabar Figa dari cocial media, dan satu hal yang membuat perasaannya bertahan, dia memiliki benda yang sama dengan benda yang dia berikan pada Figa.
Kristal imitasi berbentuk HAMSTER dari Alia uuntuk Figa.
lampunya kayak gini tapi modelnya kayak hamster di bawah |
bentuknya kayak gini.. perpaduan keduanya |
...dan satu hal yang membuat perasaannya bertahan, dia memiliki benda yang sama dengan benda yang dia berikan pada Figa... ngapain di simpen ? :') semangat aliaaa :) nyesek cii kalo aku yang ada di posisi alia.
BalasHapus